Batik Lampung Bukan Sembagi
KHAZANAH seni kerajinan batik Indonesia tidak pernah mencatat keberadaan Batik Lampung. Kebudayaan Lampung hanya meninggalkan tapis (kain tenun ikat), palepai (kain kapal), dan sulam usus yang bersifat religius. Kain ini dikerjakan secara turun-temurun oleh satu masyarakat adat.
Batik Lampung lahir melalui proses panjang yang dijalani Andriand Damiri Sangadjie budayawan yang memiliki tempat tinggal di aspol. Untuk mematangkan teknologi membatik, pelukis ini menimba ilmu mulai dari Yogyakarta, Solo, Bali, hingga ke Cina, Thailand, Jepang, Malabar, dan Turki.
Setelah melewati berbagai percobaan dengan rekan-rekannya di Balai Riset Penelitian Batik (sekarang Balai Besar Kerajinan dan Batik) Yogyakarta, untuk pertama kalinya Andriand menemukan seni kerajinan batik Lampung pada 1978. Selanjutnya, ia mulai memproduksi batik tulis ini di Metro pada 9 Mei 1978, bertepatan dengan ulang tahun ke-4 putra sulungnya.
Ternyata, karya-karyanya banyak menarik perhatian, termasuk almarhum R. Soekirno, mantan Bupati Lampung Tengah saat itu. Soekirno juga yang kemudian meresmikan batik-batik karya Andriand sebagai Batik Lampung pada 24 Mei 1980.
Sebagai sebuah karya, Batik Lampung juga adalah satu-satunya industri kerajinan dan karya seni saat ini yang telah memperoleh pengakuan nasional dan hak paten (hak atas kekayaan intelektual/HAKI-RI), dengan patents pending HAKI-RI-242526-2005.
Jika Batik Lampung sudah memiliki paten sendiri, lalu bagaimana dengan sembagi yang juga disebut-sebut sebagai batik Lampung? Secara tegas, Andriand mengatakan sembagi bukanlah batik Lampung. Tapi, kain khas coromandel cloths dari India.
"Dalam literatur, disebutkan kain sembagi (bukan sebagi) adalah kain khas coromandel cloths, yaitu tekstil yang berasal dari Coromandel Coast, India. Dan, bukan batik Lampung. Tapi, kok sekarang jadi Batik Lampung? Dari mana itu? Suatu pemberdosaan budayakah?" tegas Andriand.
Dalam sejarah batik, kata Andriand, Lampung tidak memiliki batik. Kain sembagi yang disebut batik Lampung itu sebenarnya tidak ada bedanya dengan batik di Jawa, yang juga disebut serasah atau kumitir. Kain bermotif geometris ini mulai dipopulerkan di Sumatera Selatan pada abad ke-15 yang pada masa itu pemasarannya di monopoli oleh VOC (De Vereenigde Oost Indische Companie).
"Di Lampung, kain ini kemudian lazim dipakai sebagai penutup jenazah sebelum dikebumikan," kata Andriand.
Jadi, apa sih batik? kutipan dari Lampos.
Batik Lampung lahir melalui proses panjang yang dijalani Andriand Damiri Sangadjie budayawan yang memiliki tempat tinggal di aspol. Untuk mematangkan teknologi membatik, pelukis ini menimba ilmu mulai dari Yogyakarta, Solo, Bali, hingga ke Cina, Thailand, Jepang, Malabar, dan Turki.
Setelah melewati berbagai percobaan dengan rekan-rekannya di Balai Riset Penelitian Batik (sekarang Balai Besar Kerajinan dan Batik) Yogyakarta, untuk pertama kalinya Andriand menemukan seni kerajinan batik Lampung pada 1978. Selanjutnya, ia mulai memproduksi batik tulis ini di Metro pada 9 Mei 1978, bertepatan dengan ulang tahun ke-4 putra sulungnya.
Ternyata, karya-karyanya banyak menarik perhatian, termasuk almarhum R. Soekirno, mantan Bupati Lampung Tengah saat itu. Soekirno juga yang kemudian meresmikan batik-batik karya Andriand sebagai Batik Lampung pada 24 Mei 1980.
Sebagai sebuah karya, Batik Lampung juga adalah satu-satunya industri kerajinan dan karya seni saat ini yang telah memperoleh pengakuan nasional dan hak paten (hak atas kekayaan intelektual/HAKI-RI), dengan patents pending HAKI-RI-242526-2005.
Jika Batik Lampung sudah memiliki paten sendiri, lalu bagaimana dengan sembagi yang juga disebut-sebut sebagai batik Lampung? Secara tegas, Andriand mengatakan sembagi bukanlah batik Lampung. Tapi, kain khas coromandel cloths dari India.
"Dalam literatur, disebutkan kain sembagi (bukan sebagi) adalah kain khas coromandel cloths, yaitu tekstil yang berasal dari Coromandel Coast, India. Dan, bukan batik Lampung. Tapi, kok sekarang jadi Batik Lampung? Dari mana itu? Suatu pemberdosaan budayakah?" tegas Andriand.
Dalam sejarah batik, kata Andriand, Lampung tidak memiliki batik. Kain sembagi yang disebut batik Lampung itu sebenarnya tidak ada bedanya dengan batik di Jawa, yang juga disebut serasah atau kumitir. Kain bermotif geometris ini mulai dipopulerkan di Sumatera Selatan pada abad ke-15 yang pada masa itu pemasarannya di monopoli oleh VOC (De Vereenigde Oost Indische Companie).
"Di Lampung, kain ini kemudian lazim dipakai sebagai penutup jenazah sebelum dikebumikan," kata Andriand.
Jadi, apa sih batik? kutipan dari Lampos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar